Tinggal di kawasan perkampungan yang tidak memiliki mekanisme pembuangan sampah tingkat RT ini, sungguh membuatku harus  lihai dalam mengolah sampah rumah tanggaku  sendiri.
 Terbayangkan bagaimana repotnya. Untuk sampah yang bisa didaur ulang 
masih bisa ditumpuk dulu, untuk kemudian diserahkan pada abang tukang 
rongsokan yang lewat atau siapa saja yang mau mengangkut.
                Nah
 untuk sampah yang tidak bisa didaur ulang, mau tidak mau harus dibakar 
atau dikubur sendiri. Beruntung halaman kami yang maha luas ini 
(dibanding dengan rumah di BTN yang hampir tidak ada halaman) 
memberikanku keleluasaan dalam mengolah sampah. Untuk sampah rumput 
dibiarkan saja menumpuk nanti juga menyusut sendiri. Tapi untuk sampah 
daun rambutan, mangga, dua pohon sirsak, srikaya dan delima, plastik, 
kertas dan sampah domestik  lain-lainnya memang harus dibakar.
                Tau
 kan kalau sekarang musim hujan? ini pun menjadi kendala dalam proses 
pengolahan sampah terutama sampah kertas dan plastik tadi. Kadang belum 
sempat dibakar sudah diguyur hujan dalam kondisi beterbangan kesana sini
 akibat angin juga akibat di bongkar oleh ayam tetangga.
                Beberapa
 tetangga memilih membuang sampah di sawah dekat rumah atau di pinggir 
kali busa yang airnya maha hitam sehingga lebih sering disebut kali 
item. kalau aku? sungguh tidak tega. Karena beberapa sampah ternyata 
masih ada auratnya. Bayangkan saja saat lewat di tumpukan sampah sering 
aku temui (maaf)  pembalut, panty liner bahkan 
bungkus alat kontrasepsi sekali pakai. Dan bagiku ini adalah aurat. Iya 
sih siapa yang peduli itu sampah siapa, tapi tetap saja terasa kurang 
pantas dilihatnya. Kalau sampah auratku biasanya aku kumpulkan dulu 
untuk kemudian pada saat ritual pembakaran sampah aku keluarkan. Di sini
 kendala ku cuma satu yaitu memikirkan bagaimana supaya tetangga tidak 
terganggu dengan asapnya hehehehe...... Tips dari seorang teman bakar 
sampah di pagi hari saat angin belum terlalu kencang berhembus, tapi 
kalo pagi sampah yang agak basah susah terbakar.
Beruntung
 sampahku masih ada didalam pagarku sehingga kalaupun ada yang terlewat 
atau terbuang tidak ada tetangga yang akan dibuat tidak nyaman 
karenanya. Beruntungnya lagi untuk sampah yang tidak sengaja kebuang 
masih bisa dicari. Pernah suatu hari aku kehilangan uang seratus ribu, 
yang tadinya untuk bayar listrik terbuang di tempat sampah. Pada saat 
hilang, sampah kubawa keluar dan dibongkar tapi tidak ketemu. Tapi pas 
besok mau ngeluarin sampah lagi, kutemukan dua lembar gocapan lusuh 
ditempat pembakaran sampahku. Masih rejeki... Alhamdulillah.
So...
 guys berhati-hatilah sedikit dengan sampahmu, yaa....kalau perlu di 
dobel plastiknya sebelum ditaruh di tempat sampah. Untuk menghindari hal
 tercecernya sampah aurat kita. Akan lebih baik lagi jika sampah juga 
sudah dipilah antara yang daur ulang dan tidak, sehingga masih bisa 
dimanfaatkan oleh tukang pengumpul sampah dengan mudah. Ah...seandainya 
saja sistem pengolahan sampah kita sekeren negeri tetangga...
tulisan : bunda netra :)  
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar