Rss Feed
  1. AutoCAD - denah rumah

    Jumat, 15 November 2013

    nih ane tunjukkin buat kalian semua yang pingin bingit belajar AUTOCAD :) hihi jadi alay deh,
    cara yang istimewa buat bikin denah rumah :) hehe





  2. James Andrew Arthur (lahir di Middlesbrough, 2 Maret 1988; umur 25 tahun)[2] adalah seorang penyanyi dan musisi berkebangsaan Inggris. Ia memenangi ajang pencarian bakat The X Factor Britania Raya musim ke-9 tahun 2012. Single debutnya, "Impossible" menempati urutan pertama dalam UK Singles Chart seminggu setelah perilisannya. Single ini telah terjual sebanyak 1.3 juta kopi, menjadikannya lagu pemenang terlaris dalam ajang The X Factor.

    ini dia videonya, selamat menikmati :)

     

  3. I. KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW SEKITAR SHALAT
    1. Selalu shalat sunnah fajar
    2. Meringankan shalat sunnah fajar
    3. Membaca surat Al-Ikhlas dan Al-Kafirun dalam shalat fajar (ayat lain yang dibaca Nabi dalam shalat sunnah fajar)
    4. Berbaring sejenak setelah shalat sunnah fajar
    5. Mengerjakan shalat sunnah di rumah
    6. Selalu shalat sunnah empat rakaat sebelum dhuhur
    7. Mengganti dengan empat rakaat setelah duhur jika tidak sempat shalat sebelumnya
    8. Shalat sunnah dua atau empat rakaat sebelum ashar
    9. Shalat sunnah dua rakaat sesudah maghrib
    10. Shalat sunnah setelah Isya’
    11. Mengakhirkan shalat Isya’
    12. Memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan rakaat kedua
    13. Selalu shalat malam (waktu shalat malam Rasulullah saw)
    14. Menggosok gigi apabila bangun malam
    15. Membuka shalat malam dengan 2 rakat ringan
    16. Shalat malam sebelas rakaat (format shalat malam Nabi sebelas rakaat)
    17. Memanjangkan shalat malamnya
    18. Membaca surat Al-A’la, Al-Kafirun dan Al-Ikhlas dalam shalat witir
    19. Mengganti shalat malam di siang hari jika berhalangan
    20. Shalat dhuha empat rakaat
    21. Tetap duduk hingga matahari bersinar setelah shalat subuh
    22. Meluruskan shaf sebelum mulai shlaat jama’ah
    23. Mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram, akan ruku’ dan bangun dari ruku’
    24. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
    25. Mengarahkan pandangan ke tempat sujud
    26. Merenggangkan kedua tangan ketika sujud hingga tampak ketiaknya yang putih
    27. Memberi isyarat dengan jari telunjuk ketika tasyahhud dan mengarahkan pandangan ke arah jari telunjuk
    28. Meringankan tasyahhud pertama
    29. Meringankan shalat jika berjama’ah
    30. Menghadap ke arah kanan makmum selesai shalat jama’ah
    31. Bersegera ke masjid begitu masuk waktu shalat
    32. Selalu memperbarui wudhu setiap kali akan shalat
    33. Tidak menshalatkan jenazah yang masih berhutang
    34. Menancapkan tombak sebagai pembatas jika shlaat di tanah lapang
    35. Mengajari shalat kepada orang yang baru masuk Islam
    II. KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DI HARI JUM’AT DAN DUA HARI RAYA
    1. Membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan dalam shalat subuh di hari Jum’at
    2. Memotong kuku dan kumis setiap hari Jum’at
    3. Mandi pada hari Jum’at
    4. Memakai pakaian terbaik untuk shalat jum’at
    5. Memendekkan khutbah Jum’at dan memanjangkan shalat
    6. Serius dalam khutbahnya dan tidak bergurau
    7. Duduk di antara dua khutbah Jum’at
    8. Membaca surat Al-A’la dan Al-Ghasyiyah dalam shalat Jum’at
    9. Shalat sunnah setelah jum’at
    10. Tidak langsung shalat sunnah setelah Jum’at
    11. Mandi sebelum berangkat shalat Id
    12. Memakai pakaian teraik ketika shalat Id
    13. Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat Idul Fitri
    14. Baru makan sepulang dari melaksanakan shalat Idul Adha
    15. Shalat Id di tanah lapang
    16. Mengajak semua keluarganya ke tempat shalat Id
    17. Memperlambat pelaksanaan shalat Idul Fitri dan mempercepat pelaksanaan shalat Idul Adha
    18. Langsung shalat Id tanpa Adzan dan Iqomah
    19. Dua kali khutbah dengan diselingi duduk
    20. Pergi dan pulang melalui jalan yang berbeda
    21. Berjalan kaki menuju tempat shalat Id
    22. Membaca surat Qaaf dan Al-Qamar dalam shalat Id
    23. Menyembelih hewan kurban di tempat pelaksanaan shalat Id
    III. KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DALAM MASALAH PUASA
    1. Puasa dan berbuka secara seimbang
    2. Berbuka puasa sebelum shalat maghrib
    3. Berbuka dengan korma
    4. Tetap puasa meskipun bangun dalam keadaan junub
    5. Berpuasa jika tidak mendapatkan makanan di pagi hari
    6. Membatalkan puasa sunnah jika memang ingin makan
    7. Banyak puasa di bulan sya’ban
    8. Puasa enam hari syawal
    9. Puasa hari Arafah
    10. Puasa Asyura atau sepuluh muharam
    11. Puasa hari senin dan kami
    12. Puasa tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan
    13. Mencium istri di siang hari
    IV. KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DI BULAN RAMADHAN
    1. Memperbanyak sedekah
    2. Memperbanyak membaca Al-Qur’an
    3. Mengakhirkan waktu sahur
    4. Puasa wishal
    5. Memperbanyak shalat malam (menghidupkan malam ramadhan)
    6. I’tikaf
    7. Menghidupkan sepuluh malam terakhir dan membangunkan keluarganya
    8. Menyuruh para sahabat agar bersungguh-sungguh mencari lailatul qadar
    V. KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DALAM MAKAN DAN MINUM
    1. Tidak pernah mencela makanan
    2. Tidak makan sambil bersandar
    3. Makan dan minum dengan tangan kanan
    4. Makan dengan tiga jari
    5. Menjilati jari-jemari dan tempat makan selesai makan
    6. Mengambil nafas tiga kali ketika minum
    7. Minum dengan duduk dan berdiri
    8. Mulai makan dari pinggir tempat makan
    9. Berdo’a sebelum dan sesudah makan
    10. Tidak pernah kenyang dua hari berturut-turut
    11. Tidak pernah makan di depan meja makan
    VI. KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DALAM TIDURNYA
    1. Tidur dalam keadaan suci
    2. Tidur di atas bahu sebelah kanan
    3. Meletakkan tangan di bawah pipi
    4. Meniup kedua tangan dan membaca do’a lalu mengusapkannya ke badan
    5. Tidak suka tidur sebelum Isya’
    6. Tidur pada awal malam dan bangun di sepertiga akhir
    7. Berwudlu dulu jika akan tidur dalam keadaan junub
    8. Berdo’a sebelum dan setelah bangun tidur
    9. Membaca do’a jika terjaga dari tidur
    10. Tidur matanya namun tidak tidur hatinya
    11. Menyilangkan kaki jika tidur di masjid
    12. Tidur hanya beralaskan tikar
    13. Tidak menyukai tidur tengkurap
    VII. KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DALAM BEPERGIAN
    1. Berlindung kepada Allah dari beban perjalanan jika hendak bepergian
    2. Sengang bepergian pada hari kamis
    3. Senang pergi pada pagi hari
    4. Menyempatkan tidur dalam perjalanan di malam hari
    5. Melindungi diri atau menjauh jika buang haajt
    6. Berada di barisan belakang saat bepergian
    7. Bertakbir tiga kali ketika telah berada di atas kendaraan
    8. Bertakbir saat jalanan naik dan bertasbih saat jalanan menurun
    9. Berdo’a jika tiba waktu malam
    10. Berdo’a jika melihat fajar dalam perjalanan
    11. Berdo’a ketika kembali dari bepergian
    12. Mendatangi masjid terlebih dahulu saat baru tiba dan shalat dua raka’at
    13. Mengundi istri-istrinya jika bepergian
    14. Shalat di atas kendaraan
    15. Menghadap ke arah kiblat terlebih dahulu jika shalat di atas kendaraan
    16. Mendo’akan orang yang ditinggal pergi
    17. Mendo’akan orang yang akan bepergian
    18. Memberi bagian tersendiri kepada orang yang diutus pergi
    VIII. KEBIASAAN-KEBIASAAN NABI SAW DALAM DZIKIR DAN DO’ANYA
    1. Senang berdoa dengan do’a yang ringkas
    2. Membaca istighfar tiga kali dan berdzikir selepas shalat
    3. Membaca istighfar tujuh puluh kali hingga seratus kali setiap hari
    4. Membaca shalat dan salam atas dirinya jika masuk dan keluar dai masjid
    5. Membaca do’a di pagi dan sore hari
    6. Membaca do’a di akhir majlis
    7. Membaca do’a saat keluar rumah
    8. Berdo’a jika masuk dan keluar kamar kecil
    9. Berdoa jika memakai pakaian baru
    10. Berdo’a jika merasa sakit
    11. Berdo’a jika melihat bulna
    12. Memanjatkan do’a di saat sulit
    13. Berdo’a jiika takut pada suatu kaum adan saat bertemu musuh
    14. Berdo’a jika bertiup angin kencang
    IX. PERNIK-PERNIK KEBIASAAN NABI SAW
    1. Selalu mengingat Allah di setiap waktu
    2. Mengulangi perkataan hingga tiga kali dan bicara dengan suara yang jelas
    3. Selalu mendahulukan yang kanan
    4. Menutup mulut dan merendahkan suara apabial bersin
    5. Tidak menolak jika diberi minyak wangi
    6. Tidak pernah menolak hadiah
    7. Selalu memilih yang lebih mudah
    8. Bersujud syukur jika mendapat kabar gembira
    9. Bersujud tilawah jika membaca ayat sajdah
    10. Tidak datang ke rumah pada wkatu malam melainkan pada pagi dan sore hari
    11. Tidak suka berbincang-bincang setelah Isya’
    12. Tidak senang menyimpan harta dan selalu memberi jika ada yang meminta
    13. Mengulang salam hingga tiga kali
    14. Turut mengerjakan pekerjaan rumah
    15. Pergi ke masjid Quba setiap sabtu
    16. Sangat marah jika hukum Allah dilanggar namun tidak marah jika dirinya disakiti
    17. Berubah warna mukanya jika tidak menyukai sesuatu
    18. Memilih waktu yang tepat dalam menasehati
    19. Tidak bohong dalam bergurau
    20. Berdiri apabila melihat iringan jenazah
    21. Baru mengangkat pakaian jika telah dekat dengan tanah saat buang hajat
    22. Buang air kecil dengan jongkok
    23. Bermusyawarah jika membicarakan suatu masalah yang penting
    24. Menyuruh istrinya agar memakai kain jika ingin menggaulinya dalam keadaan haid

  4. Dalam Bukhari dan Muslim, juga dalam kitab2 hadits yang terkenal lainnya, diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah saw hijrah, berkumpullah tokoh2 kafir Quraiy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan Al ‘Ash bin Qail.

    Mereka meminta kepada nabi Muhammad saw untuk membelah bulan. Kata mereka, “Seandainya kamu benar2 seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua.”

    Rasulullah saw berkata kepada mereka, “Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?” Mereka menjawab, “Ya.” Lalu Rasulullah saw berdoa kepada Allah agar bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah saw memberi isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah saw berkata, “Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu.”

    Demikian jauh jarak belahan bulan itu sehingga gunung Hira nampak berada diantara keduanya. Akan tetapi orang2 kafir yang hadir berkata, “Ini sihir!” padahal semua orang yang hadir menyaksikan pembelahan bulan tersebut dengan seksama. Akan tetapi para ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja “menyihir” orang yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir orang yang tidak ada di tempat itu. Lalu mereka pun menunggu orang2 yang akan pulang dari perjalanan.

    Orang2 Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang yang baru pulang dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari perjalanan menuju Mekkah, orang2 musyrik pun bertanya, “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?” Mereka menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah
    menjadi dua dan saling menjauh masing2-nya kemudian bersatu kembali…”
    Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir ingkar).

    Atas peristiwa ini Allah SWT menurunkan ayat Al Qur’an: “Sungguh, telah dekat hari qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda2 kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, “Ini adalah sihir yang terus-menerus”, dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap… (QS. Al Qomar 54:1-2)

    NASA TELAH MEMBUKTIKANNYA SAUDARA-SAUDARA
    Pihak NASA mengesahkan terdapat kesan jalur di bagian keliling permukaan bulan. NASA telah mengirim 3 astronotnya ke bulan untuk melakukan penelitian yang lebih terperinci. Setelah mereka melakukan penelitian, terbukti bahwa bulan pernah terbelah dua. Setelah hasil penelitian ini dipublikasikan kepada umum, alangkah terkejutnya mereka, apabila diberitahu bahwa kisah bulan terbelah dua ini telah diceritakan oleh Al-Quran kira-kira 1400 tahun yang lalu. Jika kita masih ingat, Nabi Muhammad SAW pernah menunjukkan mukjizat bulan terbelah dua kepada orang kafir ketika diminta bukti kenabian beliau.


    Menurut pihak NASA : “Kami menemukan secara pasti dari batuan-batuan yang terpisah dan terpotong di permukaan bulan sampai ke dalam (perut) bulan. Maka kami pun meminta para pakar geologi untuk menelitinya, dan mereka mengatakan, Hal ini tidak mungkin bisa terjadi kecuali jika memang bulan pernah terbelah lalu menyatu kembali”
    Penemuan pertama ditemukan 200 tahun yang lalu dengan sebuah teleskop kecil, ada 3 lekukan (rilles) nampak di permukaan bulan yang berlainan jenis.

    Berikut ini hasil foto permukaan bulan yang dipublikasikan oleh pihak NASA :

    Bulan Terbelah - Bukti Kebenaran Mukjizat Rasulullah

    Bulan Terbelah - Bukti Kebenaran Mukjizat Rasulullah

    Bulan Terbelah - Bukti Kebenaran Mukjizat Rasulullah

    Bulan Terbelah - Bukti Kebenaran Mukjizat Rasulullah


    Dengan berhasilnya NASA Membuktikan Kebenaran Mukjizat Rasulullah Pernah Membelah Bulan ini, semakin bertambah bukti kebenaran Al-Qur'an dari sudut pandang pengetahuan. Semoga semakin kuat pula keimanan kita kepada Allah SWT.

    Sumber

  5. Semua pasti tahu, bahwa pada masa Nabi, setiap masuk waktu sholat, maka yang mengkumandankan adzan adalah Bilal bin Rabah. Bilal ditunjuk karena memiliki suara yang indah. Pria berkulit hitam asal Afrika itu mempunyai suara emas yang khas. Posisinya semasa Nabi tak tergantikan oleh siapapun, kecuali saat perang saja, atau saat keluar kota bersama Nabi. Karena beliau tak pernah berpisah dengan Nabi, kemanapun Nabi pergi. Hingga Nabi menemui Allah ta’ala pada awal 11 Hijrah. Semenjak itulah Bilal menyatakan diri tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar Ra. memintanya untuk jadi mu’adzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: “Biarkan aku jadi muadzin Nabi saja. Nabi telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.” 
     
    Abu Bakar terus mendesaknya, dan Bilal pun bertanya: “Dahulu, ketika engkau membebaskanku dari siksaan Umayyah bin Khalaf. Apakah engkau membebaskanmu karena dirimu apa karena Allah?.” Abu Bakar Ra. hanya terdiam. “Jika engkau membebaskanku karena dirimu, maka aku bersedia jadi muadzinmu. Tetapi jika engkau dulu membebaskanku karena Allah, maka biarkan aku dengan keputusanku.” Dan Abu Bakar Ra. pun tak bisa lagi mendesak Bilal Ra. untuk kembali mengumandangkan adzan. 
    Kesedihan sebab ditinggal wafat Nabi Saw., terus mengendap di hati Bilal Ra. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria. Lama Bilal Ra. tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Nabi Saw. hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: “Ya Bilal, wa maa hadzal  jafa’? Hai Bilal, kenapa engkau tak mengunjungiku? Kenapa sampai begini?.” Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah pada Nabi. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Nabi.


    Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Nabi Saw., pada sang kekasih. Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucunda Nabi Saw., Hasan dan Husein. Sembari mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Nabi Saw. itu. Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal Ra.: “Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan buat kami? Kami ingin mengenang kakek kami.” Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon Bilal untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.
    Bilal pun memenuhi permintaan itu. Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada
    masa Nabi Saw. Masih hidup. Mulailah dia mengumandangkan adzan. Saat lafadz “Allahu Akbar” dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara
    yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok nan agung, suara yang begitu dirindukan, itu telah kembali. Ketika Bilal meneriakkan kata “Asyhadu an laa ilaha illallah”, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sembari berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.
    Dan saat bilal mengumandangkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah”, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan. Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Nabi. Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya. Lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu, madinah mengenang masa saat masih ada Nabi Saw. Tak ada pribadi agung yang begitu dicintai seperti Nabi Saw. Dan adzan itu, adzan yang tak bisa dirampungkan itu, adalah adzan pertama sekaligus adzan terakhirnya Bilal Ra. semenjak Nabi Saw. wafat. Dia tak pernah bersedia lagi mengumandangkan adzan. Sebab kesedihan yang sangat segera mencabik-cabik hatinya mengenang seseorang yang karenanya dirinya derajatnya terangkat begitu tinggi. Semoga kita dapat merasakan nikmatnya Rindu dan Cinta seperti yang Allah karuniakan kepada Sahabat Bilal bin Rabah Ra. Aamiin
     

  6. fthr.

    Jumat, 01 November 2013

    Aku tk mampu mengantar kepergianmu,,


    Langit mendung turut berduka

    Orang-orang riuh rendah becerita


    Tentang sgala amal kebaikanmu

    Aku dtng kepadamu,ayah


    Semilir di bawah kamboja dn nisanmu

    Aku mnangis dn berdoa


    Mengenang segala salah dan dosaku kepadamu

    Kpergianmu seketika mendewasakan aku


    Mngajarkan aku betapa penting arti hidup

    Untuk mnjadi brguna bgi sesama


    Kepergianmu mengajarku

    Bagaimana hrs mencintai dn menyayangi


    Bagaimana hrs tulus berkorban dn bersabar

    Bagaimana hrs brjuang demi anak-anaknya


    Hingga saat terakhir hayatmu

    Engkau terus berdoa demi kebahagiaan anak-anakmu


    Hari ini ak menemuimu,ayah

    Lewat sebait puisi untuk mengenangmu


    Bila dtng saatnya nantiKan kuceritakan segala kebesaran dn keagunganmu

    Brsama embun fajar kemarau ku sertakan doa


    Smoga engkau mndapatkan tmpat trbaik di sisi-Nya


    Ayah, Aku merindukanmu... :(

  7. Bismillah wal Hamdulillah,,,

    ALLAHumma sholli `ala Sayyidina Muhammad wa Alihi wa Shohbihi wasallim.
    SalamuLlah `alaikum wa Rahmatuhu wa Barakatuh...

    kebahagiaan dan Kesejukan Rahmat Nya semoga selalu menaungi hari hari anda,
    ini adalah kisah nyata, seseorang yang berfaham wahabi di makkah bertobat karna melewatkan 1 ayah yang amat dahsyat...

    Kisah Insyaf nya Syeikh Abdurrahman bin Nashir bin Sa`di seorang yang tadinya berfaham Wahhabi
    Syaikh Muhammad bin Shalih al-’Utsaimin –ulama Wahhabi kontemporer yang sangat populer-, mempunyai seorang guru yang sangat alim dan kharismatik di kalangan kaum Wahhabi , yaitu Syaikh Abdurrahman bin Nashir al-Sa’di, yang dikenal dengan julukan Syaikh Ibnu Sa’di.

    Ia memiliki banyak karangan, di antaranya yang paling populer adalah karyanya yang berjudul, Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, kitab tafsir setebal 5 jilid, yang mengikuti manhaj pemikiran Wahhabi. Meskipun Syaikh Ibnu Sa’di, termasuk ulama Wahhabi yang ekstrim, ia juga seorang ulama yang mudah insyaf dan mau mengikuti kebenaran, dari manapun kebenaran itu datangnya.Suatu ketika, al-Imam al-Sayyid ‘Alwi bin Abbas al-Maliki al-Hasani (ayahanda Abuya al-Sayyid Muhammad bin ‘Alwi al-Maliki) sedang duduk-duduk di serambi Masjid al-Haram bersama halqah pengajiannya. Sementara di bagian lain serambi Masjidil Haram tersebut, Syaikh Ibnu Sa’di juga duduk-duduk. Sementara orang-orang di Masjidil Haram larut dalam ibadah shalat dan thawaf yang mereka lakukan.

    Pada saat itu, langit di atas Masjidil Haram penuh dengan mendung yang menggelantung, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan yang sangat lebat. Tiba-tiba air hujan itu pun turun dengan lebatnya. Akibatnya, saluran air di atas Ka’bah mengalirkan airnya dengan derasnya. Melihat air begitu deras dari saluran air di atas kiblat kaum Muslimin yang berbentuk kubus itu, orang-orang Hijaz seperti kebiasaan mereka, segera berhamburan menuju saluran itu dan mengambil air tersebut, dan kemudian mereka tuangkan ke baju dan tubuh mereka, dengan harapan mendapatkan berkah dari air itu.
    Melihat kejadian tersebut, para polisi pamong praja Kerajaan Saudi Arabia, yang sebagian besar berasal dari orang Baduwi daerah Najd itu, menjadi terkejut dan mengira bahwa orang-orang Hijaz tersebut telah terjerumus dalam lumpur kesyirikan dan menyembah selain Allah SWT.

    Akhirnya para polisi pamong praja itu berkata kepada orang-orang Hijaz yang sedang mengambil berkah air hujan yang mengalir dari saluran air Ka’bah itu, “Jangan kalian lakukan wahai orang-orang musyrik. Itu perbuatan syirik. Itu perbuatan syirik.”Mendengar teguran para polisi pamong praja itu, orang-orang Hijaz itu pun segera berhamburan menuju halqah al-Imam al-Sayyid ‘Alwi al-Maliki al-Hasani dan menanyakan prihal hukum mengambil berkah dari air hujan yang mengalir dari saluran air di Ka’bah itu. Ternyata Sayyid ‘Alwi membolehkan dan bahkan mendorong mereka untuk melakukannya.

    Akhirnya untuk yang kedua kalinya, orang-orang Hijaz itu pun berhamburan lagi menuju saluran air di Ka’bah itu, dengan tujuan mengambil berkah air hujan yang jatuh darinya, tanpa mengindahkan teguran para polisi baduwi tersebut. Bahkan mereka berkata kepada para polisi baduwi itu, “Kami tidak akan memperhatikan teguran Anda, setelah Sayyid ‘Alwi berfatwa kepada kami tentang kebolehan mengambil berkah dari air ini.”Akhirnya, melihat orang-orang Hijaz itu tidak mengindahkan teguran, para polisi baduwi itu pun segera mendatangi halqah Syaikh Ibnu Sa’di, guru mereka. Mereka mengadukan perihal fatwa Sayyid ‘Alwi yang menganggap bahwa air hujan itu ada berkahnya. Akhirnya, setelah mendengar laporan para polisi baduwi, yang merupakan anak buahnya itu, Syaikh Ibnu Sa’di segera mengambil selendangnya dan bangkit menghampiri halqah Sayyid ‘Alwi dan duduk di sebelahnya.
    Sementara orang-orang dari berbagai golongan, berkumpul mengelilingi kedua ulama besar itu. Dengan penuh sopan dan tatakrama layaknya seorang ulama,

    Syaikh Ibnu Sa’di bertanya kepada Sayyid ‘Alwi: “Wahai Sayyid, benarkah Anda berkata kepada orang-orang itu bahwa air hujan yang turun dari saluran air di Ka’bah itu ada berkahnya?”Sayyid ‘Alwi menjawab: “Benar. Bahkan air tersebut memiliki dua berkah.”Syaikh Ibnu Sa’di berkata: “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”Sayyid ‘Alwi menjawab: “Karena Allah SWT berfirman dalam Kitab-Nya tentang air hujan:وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا“Dan Kami turunkan dari langit air yang mengandung berkah.” (QS. 50:9).Allah SWT juga berfirman mengenai Ka’bah:إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِيْ بِبَكَّةَ مُبَارَكًا“Sesungguhnya rumah yang pertama kali diletakkan bagi umat manusia adalah rumah yang ada di Bekkah (Makkah), yang diberkahi (oleh Allah).” (QS. 3:96).Dengan demikian air hujan yang turun dari saluran air di atas Ka’bah itu memiliki dua berkah, yaitu berkah yang turun dari langit dan berkah yang terdapat pada Baitullah ini.”Mendengar jawaban tersebut, Syaikh Ibnu Sa’di merasa heran dan kagum kepada Sayyid ‘Alwi. Kemudian dengan penuh kesadaran, mulut Syaikh Ibnu Sa’di itu melontarkan perkataan yang sangat mulia, sebagai pengakuannya akan kebenaran ucapan Sayyid ‘Alwi: “Subhanallah (Maha Suci Allah), bagaimana kami bisa lalai dari kedua ayat ini.”

    Kemudian Syaikh Ibnu Sa’di mengucapkan terima kasih kepada Sayyid ‘Alwi dan meminta izin untuk meninggalkan halqah tersebut. Namun Sayyid ‘Alwi berkata kepada Syaikh Ibnu Sa’di: “Tenang dulu wahai Syaikh Ibnu Sa’di. Aku melihat para polisi baduwi itu mengira bahwa apa yang dilakukan oleh kaum Muslimin dengan mengambil berkah air hujan yang mengalir dari saluran air di Ka’bah itu sebagai perbuatan syirik.
    Mereka tidak akan berhenti mengkafirkan orang dan mensyirikkan orang dalam masalah ini sebelum mereka melihat orang yang seperti Anda melarang mereka. Oleh karena itu, sekarang bangkitlah Anda menuju saluran air di Ka’bah itu, lalu ambillah air di situ di depan para polisi baduwi itu, sehingga mereka akan berhenti mensyirikkan orang lain.”

    Akhirnya mendengar saran Sayyidn ‘Alwi tersebut, Syaikh Ibnu Sa’di segera bangkit menuju saluran air di Ka’bah. Ia basahi pakaiannya dengan air itu, dan ia pun mengambil air itu untuk diminumnya dengan tujuan mengambil berkahnya. Melihat tingkah laku Syaikh Ibnu Sa’di ini, para polisi baduwi itu pun pergi meninggalkan Masjidil Haram dengan perasaan malu. Semoga Allah SWT merahmati Sayyidina al-Imam ‘Alwi bin ‘Abbas al-Maliki al-Hasani. Amin.Kisah ini disebutkan oleh Syaikh Abdul Fattah Rawwah, dalam kitab Tsabat (kumpulan sanad-sanad keilmuannya). Beliau termasuk salah seorang saksi mata kejadian itu.
    _________________________________________________

    bagi anda yang tidak hadir Majelis Rasulullah SAW di Masjid Raya Al-munawar, pancoran, jak-sel setiap malam selasa silahkan buka blog...http://www.majelisrasulullah.org/ dan http://banahsan.blogspot.com/ "komunitas online para pecinta Sayyidina Muhammad SAW"

profil