Rss Feed
  1. 1. Religius, jago ngaji, dan udah pergi haji. Kalo yang ini mah kite amin-in aja deh
    buronan mertua.. uhuuuk

    Entah dimulai dari mana, mungkin terilhami dari pengantar sinteron Si Doel: …Aduh! Sialan! Si Doel, Anak Betawi asli, kerjaannye sembahyang mengaji, tapi jangan bikin die sakit hati.
    Kesan yang didapat dari seoarang anak Betawi adalah mereka yang sangat lekat dengan Islam. Mereka yang hidupnya dikelilingi oleh kegiatan-kegiatan religius, pengajian, dan ritual tradisi bernapaskan Islam. Saya pribadi sih lebih senang menanggapi kesan itu sebagai doa.
    Sepanjang pengetahuan saya, sampai saat ini (paling tidak di lingkungan terdekat saya), Alhamdulillah masih banyak yang sesuai dengan deskripsi itu. Pengajian mingguan dan bulanan, madrasah-madrasah, marawis, tahlilan, qasidah dan rebana,hadrah dan kegiatan Agamis lainnya masih cukup kental.

    2. Enggak semua anak Betawi itu juragan tanah, lho! Banyak juga yang jago dagang dan pinter-pinter.


    warung masakan betawi kakak ane
    yang paling cetar, membahana, baday..
    Kalau yang satu ini, mungkin ada hubungannya dengan penetapan Jakarta sebagai ibukota negara kali ya. Sebagai penduduk asli lokal, leluhur kami (orang-orang Betawi) secara logika memang adalah pemilik sebagian besar lahan di Jakarta. Kemudian arus urbanisasi dan modernisasi menyapa Jakarta, dan membuat kenyataan ini semakin dipatok sebagai kesan orang-orang Betawi.
    Berangkat dari situ, banyak orang Betawi yang melakukan transaksi properti. Mulai dari jual beli sampai sewa bangun. Hal ini kemudian punya dua pengaruh, baik dan buruk.
    Yang baik adalah yang menjadi stereotipe ini, mereka yang masih punya tanah sendiri di Jakarta, mereka yang mengolah lahannya dengan membangun kontrakan dan sebagainya. Sisanya, meneguk kenyataan harus melipir ke pelosok-pelosok yang kian jauh dari ibukota.
    Di luar kategori ini, saya juga menemukan banyak orang-orang Betawi yang sukses membangun bisnis. Biasanya tidak jauh dari usaha Konveksi (pakaian), Furniture dan Kerajinan, Kuliner, dan Pengelolaan Yayasan. Ya seperti usaha kakak perempuan saya buka warung makan masakan betawi dan kakak ipar saya membuka usaha furniture. Dahulu pun ayah buka usaha furniture, namun sudah almarhum jadi terpaksa ditutup.

    3. Harus paham kalo ditanya “Betawi mane lu?” 
    Sebenarnya sih saya juga bingung kalau ditanya demikian. Apa yang harus saya refer? Apa tempat tinggal saya yang sekarang? Atau tempat dari mana leluhur saya berasal? Entahlah.
    Tapi yang bisa saya jawab adalah beberapa lokasi tempat di mana orang Betawi banyak berkumpul. Sebut saja Betawi Condet, Betawi Cakung, Betawi Cengkareng dll
    Biasanya juga, nama-nama lokasi ini mencirikan usaha atau karakter Betawi yang tinggal di sekitarnya, lho. Betawi Condet kan pupoler dengan sentra usaha Dodol, Cengkareng dan Pondok Pinang yang terkenal dengan produk furnitur. Nah, kalo cakung biasanya usaha warung makan gitu. Hehe
    4. Walaupun sudah banyak yang faham, kadang masih ada juga beberapa kosakata dalam bahasa Betawi yang asing.

    "Mas, nanti hambal-nya tolong dipasang di ruangan ya"
    Suatu kali saya meminta tolong kepada seorang office boy, ternyata dia tidak paham apa yang saya maksud. Saya baru sadar kalau saya menggunakan kata "hambal" alih-alih "karpet".
    Diksi dalam bahasa Betawi banyak yang diserap dari bahasa Arab. Walau suduh puluhan atau bahkan ratusan tahun menjadi pengduduk asli Jakarta, buktinya masih ada saja tiga empat diksi bahasa Betawi yang hanya dipahami oleh orang-orang Betawi saja.
    Yang saya ingat saat ini misalnya,mindo, ajer (itupun dulu taunya dari temen), deprok, bares,  nyelab, nyapnyap, bleber, topo, gerobogan, haha gitu dah … … … … …
    5. Percaya, deh! Nggak semua orang Betawi itu anaknya banyak.

    eeh ini gambarnya ga tepat ya hehe

    Betawi mungkin salah satu suku yang paling tidak paham dengan program Dua Anak Cukup dari pemerintah. Karena buktinya, masih banyak keturunan Betawi yang lebih condong dengan kutipan "banyak anak banyak rezeki".
    Saya memang berasal dari keluarga besar. Cukup besar. Orangtua saya punya anak lebih dari delapan adalah hal biasa untuk kami.
    Poin ini juga seperti sama halnya dengan anggapan kalau semua orang Betawi itu kalo ngomong treak-treak kali ya. haha
    Tapi, kalian juga perlu tahu, tidak semua orang Betawi mengusung paham yang sama. Walau minoritas, masih juga orang-orang Betawi yang hanya punya dua atau tiga anak
    6. Kami bangga setengah mati dengan Si Doel Anak Sekolahan, tapi nggak semua yang ada di sinetron itu realistis tauk.

    bangga bener punya mereka. usut punye usut, sinetron Si Doel ini rating dan share-nya belum ada yang ngalahin lho sampe sekarang!
    Akhir tahun sembilan puluh adalah masa keemasan orang-orang Betawi. Paling tidak jika ditilik dari kacamata dunia hiburan Tanah Air. Rano Karno sukses besar membawa budaya dan keluarga Betawi kian populer.
    Kami, anak Betawi, sangat bangga akan presetasi itu. Kami ingat betul setiap episode sinetron fenomenal itu. Semua adegan eksentrik yang begitu menyentuh dan membekas di ingatan.
    Tapi tetap saja, yang namanya sinetron tetap saja mengandung hiperbolis, kan? Ingat saat adegan Babeh berdoa di lapangan golf? Tentu saja itu rekaan. Kemudian sosok Ibu Tiri Bang Mandra yang begitu culas? Hmmm, saya rasa yang itu juga rekaan. Ohh, sosok atau karakter Mandra yang kuno banget pun rasanya berlebihan jika dibicarakan pada masa ini
    7. Ribetnya proses pernikahan (dan bahkan kematian). Mulai dari lamaran, mulangin kulit pisang, akad, sampai tahlilan sampai seribu hari.

     nah kalo ini proses nikah abang ane hehe

     acara haul Alm. Adik ane (Fikri)

    Sebagaimana suku-suku lain, Betawi juga punya ciri khas dalam peringatan momen-momen besar dalam kehidupan orang-orangnya. Mulai dari kelahiran, pernikahan, sampai kematian.
    Momen lahirnya seorang anak di lingkungan Betawi dimulai sejak masa kandungan. Mulai dari upacara empat bulanan, tujuh bulanan, sampai proses aqiqah. Tentang ritual pernikahan, orang Betawi juga mengenal istilah lamaran. Bedanya, proses lamaran akan berlangsung minimal dua kali.
    Pertama saat keluarga mempelai pria meminta ke keluarga wanita (pada prosesi itu Si Mempelai Pria tidak boleh ikut, lho!), kemudian keluarga Mempelai Wanita akan melakukan kunjungan balasan yang disebut dengan istilah mulangin kulit pisang, dan begitu seterusnya. Nah ini kata temen saya juga, au dah istilahnya gitu wkwk dan biasanya juga kalau nikah itu suka pake adat Palang Pintu, eeh gue aja ga kepikiran nikah nnt pake begituan apa kaga hehe dan malah lebih katanya kalau nikah sama orang betawi seserahannya banyak.  kalau menurut pendapat pribadi sih, biar memudahkan aja si buat isi rumah gimana setelah nikahnya aja. toh, yang nikmatin juga mempelai uhuuuk.
    Untuk urusan kematian, orang Betawi juga mengenal upacara tahlilan tujuh hari (yang dimulai malam sejak hari kematian), empat belas hari, empat puluh hari, seratus hari, haul, sampai seribu hari. Keren, kan?
    8. Ehh! Ini anaknya H. Anwar yang di Ujung Krawang? Udah lulus belom, Neng? (kalau kamu menanggapi pertanyaan itu sebagai basa-basi, artinya kamu belum paham benar bagaimana perasaan para Pemuda Betawi)

    ahayde, yang empuan nih yang belon laku.. eeeh

    Seberapa pun panjang dan berlikunya kisah cinta anak Betawi. (biasanya) Jodohnya yaaaaaa kagak bakal jauh-jauh banget! Ini adalah drama yang harus dihadapi anak-anak Betawi.
    Bukan hanya buat para gadis, tapi juga para jejaka Betawi.
    Pokoknya nih ya kalau udeh ditanyain "Anak siape?" artinya itu adalah pembukaan menuju pertanyaan intim berikutnya. Walau dalam budaya Betawi, pendapat pribadi masih dihargai, tapi dalam kehidupan nyata, kebanyakan dari kami akan mengikuti titah orangtua.

    9. Malu kalo cuma kenal Gado-gado sama Kerak Telor doang.

     pasti ngiler nih mpok abang ncang ncing

    Kurang lebih ini sih yang saya rasakan, terlebih saat momen Lebaran. Banyak juga panganan dan kuliner khas Betawi yang saya belum tahu nama apalagi rasanya. Kerak Telor dan Gado-gado adalah dua menu yang bisa dibilang paling umum. Padahal masih banyak lagi panganan khas lain yang juga Betawi banget.
    Mulai dari kue-kue, jajanan pasar, dan minuman. Belum termasuk masakan berat.
    Apa aja ya? Sayur Asem, Sambel Jengkol, Jengkol Bewe, Karedok, Sambel Barat, Kue Apem, Kue Cincin, Kembang Goyang,Wajik, Tapi Uli, Ketimus,  Bir Pletok, Selendang Mayang … … … … … banyak namanya aneh -aneh dan gtw masih banyak lagi.
    10. Siapa bilang kalau Lebaran itu cuma satu minggu? Bahkan sampai deket-deket Puasa lagi, kita masih ngerayain Lebaran, lho!

    fotonya agak jadul nih, tahun 2014 hehe
     keluarga H. Anwar (Alm)

      keluarga H. Nasir (Paman)
     keluarga H. Namit (Paman)

    Sebagai penutup, menyambut bulan Rajab (orang Betawi juga harus hapal nama-nama bulan Komariah) yang hari pertamanya jatuh pada hari ini, saya rasa pengalaman yang satu ini juga pantas masuk ke dalam hal-hal yang cuma orang Betawi yang paham rasanya.
    Libur Lebaran yang ditetapkan pemerintah hanya dua hari adalah secuil dari panjangnya ritual silaturrahim Lebaran yang sesungguhnya untuk kami orang-orang Betawi. Bahkan sebelum  Hari Raya di tahun berikutnya datang lagi, urusan saling mengunjungi pun belum bisa dinyatakan usai.
    Ada saja keluarga yang masih harus dikunjungi. Entah dari pihak mana lagi. Entahlah
    Belum lagi perkara runutan orang-orang yang sebaiknya lebih dulu atu belakangan dikunjungi. Apa hantaran yang pantas untuk dibawa dan basa-basi lain.
    Intinya, jika belum ketemu lagi bulan Syawal, artinya masih ada waktu Lebaran untuk orang-orang Betawi.

  2. 0 komentar:

    Posting Komentar

profil