Identitas
Buku
Judul
: Bait-bait Suci Gunung Rinjani
Pengarang
: Khairul ‘Ujang’ Siddiq
Penerbit
: Dian Rakyat
Tebal
buku : 310 halaman
Cetakan
: Cetakan pertama 2009
Kepengarangan
Khaerul
Siddiq, atau lebih dikenal dengan Ujang Anjalis. Anjalis akronim nama
dari Anak-anak Jalanan Islam. Dengan latar belakang sebagai anak
jalanan yang tidak bisa melanjutkan sekolah namun tetap bisa
memberikan karya dan sumbangsih pada masyarakat. Kehidupan yang
terbiasa dengan keras dan panasnya kota lantas tak membuatnya larut.
Malah kian membangkitkan semangatnya untuk tetap bermanfaat dan
menjaga interaksi dengan Allah SWT. Mulai naik gunung, mengamen
hingga memberdayakan anak-anak jalanan di Sanggar Potensi Anak
Negeri dan selanjutnya mengeluarkan album bersama anak-anak jalanan
dan novel ‘Bait-bait Suci Gunung Rinjani’. Subhanallah.
Sinopsis
Fajar,
tokoh utama dari novel ini adalah seorang pemuda asal Jakarta yang
nyantri di Sukabumi. Daerah asal uminya. Dari umi seorang guru dan
abi seorang ustadz, Fajar tumbuh sebagai pemuda yang santun, berikut
juga adiknya, Intan. Sepeninggal abinya, Fajar diharapkan sebagai
pemuda yang kuat dan bertanggung jawab layaknya abi. Untuk itu selain
nyantri di Sukabumi, ia juga berternak ikan di kolam tak jauh dari
pesantren sekaligus mengunjungi neneknya. Fajar suka tadabur alam,
salah satunya adalah mendaki gunung. Dari sinilah, novel ini memulai
kisahnya.
Di
suatu libur di pesantren, Fajar bersama sahabatnya, Bambang,
melakukan pendakian ke Gunung Rinjani, Lombok. Perjalanan dari
Jakarta hingga menggapai ke puncak ia lakukan bersama Bambang dengan
konyol dan hangatnya persahabatan khas pendaki. Watak Bambang yang
jenaka ala anak ibukota mengimbangi dengan watak Fajar yang dewasa
menjadi perjalanan yang menyenangkan. Pun ketika turun kembali ke
basecamp di pos terakhir. Namun kisah yang sebenarnya dimulai dari
sini.
Di
pos terakhir Fajar dan Bambang bertemu dengan rombongan dari Bandung.
Mereka adalah Ria, gadis tomboy yang cantik. Robi, pemimpin rombongan
bersama pacarnya, Anis. Dan Aldo, cowok yang berusaha mendapatkan
Ria, namun Ria tak menggubrisnya. Ria dan rombongan menyapa Fajar dan
Bambang yang terlihat turun dari puncak untuk berkenalan dan meminta
informasi kondisi di puncak. Saat Ria mengulurkan tangannya ke Fajar,
lantas Fajar dengan senyum menelangkupkan telapak tanganya sebagai
isyarat Fajar tidak mau bersentuhan dengan wanita yang bukan
muhrimnya. Ia berpendirian teguh pada agamanya. Hal inilah yang
membuat Ria penasaran dengan Fajar dan bahkan suka menggoda Fajar
hingga Fajar acap kali jengkel dengannya. Memang watak Fajar dan Ria
berbanding terbalik. Namun Fajar tetap tenang dengan perangainya yang
santun.
Tragedipun
terjadi saat Anis terkena hipotermia, namun Fajar dan Bambang juga
ikut menolong Anis hingga keadaan membaik. Hal inilah yang memutuskan
Robi dan timnya tidak muncak. Robi dan timnya memutuskan untuk ke
Segara Anakan bersama Fajar dan Bambang esok harinya. Hingga ke
Segara Anakan pun Ria tetap tak henti menggoda Fajar. Bahkan Ria
berazzam akan ke puncak Rinjani suatu hari berdua bersama Fajar.
Fajar lantas menolak, karena ia tak mungkin berdua dengan perempuan
yang bukan muhrimnya. Perpisahan pun tiba saat Fajar dan Bambang
harus kembali ke Jakarta sementara Robi dan timnya masih ada
keperluan lain.
Fajar
adalah pribadi yang baik. Di usianya saat ini, Fajar memang sudah
pantas untuk menikah. Lantas Intan menjodohkan kakaknya itu dengan
Imel, sahabat dekat Intan. Namun ketika azzam sudah diteguhkan
sepasang kekasih ini, justru tragis kisah cinta yang dialami
keduanya. Fajarpun berusaha melupakan wajah yang dikasihinya itu. Tak
mau lama dalam kesedihan, Fajar mengunjungi teman lamanya di jalanan
ibukota. Di sana Fajar melihat fenomena jalanan yang keras, mengusik
jiwa sosialnya.
Libur
pesantren berakhir, Fajar kembali ke Sukabumi. Membantu sesama adalah
kesenangannya. Tak disangka ia bertemu dengan Anis. Anis kembali
mengajak Fajar ke Gunung Rinjani dengan maksud napak tilas. Atas ijin
dari umi dan pesantren, Fajar mengiyakan permintaan Anis.
Bait-bait
Suci Gunung Rinjani, judul novel ini sangat indah menggambarkan
kisahnya. Ria memenuhi janjinya ke puncak berdua bersama Fajar, tanpa
harus Fajar melanggar tuntunan agamanya. Novel yang menggugah.
Kelebihan
Buku
- Menginspirasi untuk tadabur alam dengan prosedur dan tujuan yang
mengena.
-
Mengemas pendakian, sosialitas dan kisah cinta dengan balutan
dakwah.
-
Tidak terlalu tebal dengan judul yang luar biasa menggambarkan
bait-bait sucinya.
Kekurangan
Buku
-
Kisah umi dan abi memang syarat akan dakwah dan menjadi bagian yang
enak dalam cerita, tapi sangat ditakutkan pembaca terjebak dalam
kisah ini.
Kecocokan
Buku
- Novel ini sangat cocok untuk dibaca oleh para pendaki, pendakwah,
pelajar/santri khususnya muda-mudi. Karena sosialitas di kehidupan
jalanan, lingkungan keluarga dan pesantren, dan latar alam sangat
mengalir.
0 komentar:
Posting Komentar